07 April 2010

PERSEPSI

Dalam memandang sesuatu, manusia sebagai makhluk berpikir tentunya akan mempunyai sebuah penilaian yang berbeda-beda, apa yang dilihat dan dirasakannya kemudian akan diolah dalam pikirannya, kemudian respon yang ditunjukkannya adalah sebuah cara pandang, penilaian dari sudut pandang tertentu, tergantung bagaimana cara dia mengolah sesuatu informasi yang didapatnya, dan itu tidak terlepas dari padangan secara positif maupun pandangan secara negatif termasuk juga istilah pro dan kontra ketika memandang sesuatu yang sama, terlepas dari unsur politisasi dan lain sebagainya. Contoh kecil saja, ketika seseorang/pemerintah mengangkat sebuah isu tertentu lalu digulirkan kepada khalayak, maka bisa dipastikan tidak semuanya pro dan tidak pula semuanya kontra, akan selalu ada pro dan kontra, yang muncul karena atas dasar hasil olah informasi (termasuk isu) yang diterima lalu dicerna dan dimengerti.

Ada sebuah gambaran katakanlah sebuah cerita menarik tentang persepsi ini. Ada sebuah keluarga yang bisa dikatakan mapan secara ekonomi, sang ayah adalah seorang pengusaha yang sukses sedangkan istrinya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa, mempunyai dua orang anak laki-laki. Singkat cerita, pada suatu waktu saat seluruh anggota keluarga berkumpul, sang ayah berpesan atau semacam berwasiat pada kedua anaknya.

“anak-anakku sebelum bapak meninggal bapak akan memberikan dua buah toko makana yang tidak jauh dari rumah ini untuk kalian kelola dan bapak juga ingin berpesan pada kalian berdua. Yang pertama dalam menjalankan usaha kalian kelak adalah jangan pernah menagih hutang pada orang yang berhutang pada kalian, dan yang kedua saat pergi ke toko usahakan jangan terkena sinar matahari.”

Selintas kedua pesan itu adalah hal yang tidak terlalu memberatkan pikir kedua anaknya, tapi apa yang terjadi kemudian adalah bagaimana cara pandang dan pemahaman kedua anaknya akan pesan ayahnya tersebut.

Tiba pada waktunya, sang ayah pun benar-benar meninggal, tidak ada yang ditinggalkan bagi anak-anaknya selain dua buah toko dan pesannya.

Waktu pun berlalu kedua anak laki-laki itu masing-masing menjalankan toko yang diberikan oleh ayahnya. Namun sang ibu melihat perjalanan kedua anaknya dalam menjalankan usahanya itu sangat berbeda, apalagi dalam kehidupannya. Perbedaan itu terlihat dari si sulung yang usahanya yang semakin maju dan tambah kaya, sedangkan si bungsu usahanya semakin merugi dan mengindikasikan pada jatuh miskin. Lantas sang ibu pun tidak tinggal diam, dan bertanya terlebih dahulu pada si bungsu.

“nak kenapa usahamu seperti ini, apa kamu masih ingat pesan bapak?”

“masih bu, jangan pernah menagih hutang pada orang yang berhutang pada saya, dan jangan pernah terkena sinar matahari saat pergi ke toko.”

“lantas apa yang kamu lakukan selama ini?”

“saya sering sekali meminjamkan uang pada orang dan tidak pernah menagihnya bu, sehingga modal untuk produksi dari hari ke hari semakin menyusut, ketika terpaksa saya harus menagihnya, tetap saja mereka itu sulit untuk membayarnya. Kemudian saya selalu usahakan saat pergi ke toko tidak terkena sinar matahari, jadi walaupun sebenarnya untuk menuju toko itu bisa dengan berjalan kaki tapi karena tidak boleh terkena sinar matahari maka setiap hari saya selalu menggunakan becak, dan tidak terasa itulah pengeluaran saya setiap hari dan terus membengkak bu.” Cerita si bungsu, dan ibunya terdiam memahami cara berpikir si bungsu itu. Lalu bertanya pada si sulung.

“nak apa yang kamu lakukan dengan pesan bapak itu?”

“ya karena saya tidak boleh menagih hutang pada orang yang berhutang pada saya, maka saya tidak pernah meminjamkan uang pada orang, sehingga produksi bisa terus berjalan dan lancar, semantara saya selalu menghindari sinar matahari dengan pergi ketoko lebih pagi sebelum sinar matahari terbit dan pulang saat matahari terbenam, sehingga orang-orang jadi tahu kalau toko saya bukanya lebih pagi maka toko saya tambah banyak pelangganya dan tambah laris.”

Begitulah sekilas cerita tentang bagaimana persepsi atau cara pandang terhadap sesuatu, semuanya itu tergantung bagaimana kita memandangnya, jika positif maka yang terjadi adalah baik, dan jika negatif maka yang terjadi adalah ketidak baikan.