Yes, ketika seorang editor zine mengajak saya untuk ikut
berkontribusi mengirimkan tulisan dengan tema kebahagiaan, jujur saja saat itu sebenarnya saya sudah merasa bahagia,
karena memang selama ini juga saya belum pernah berkontribusi sepenggal tulisan
untuk zine lain, kebanyakan saya menulis untuk zine saya pribadi dan juga blog.
Mungkin ketika rasa bahagia ini saya ceritakan pada orang banyak perihal saya
menulis di sebuah zine, mungkin orang-orang yang mendengar kabar dari saya ini
hanya diam, termenung, dan juga mengernyitkan dahinya atau mungkin juga dalam
hatinya akan berkata seperti ini “hmmm
baru nulis di zine aja sudah bahagia, lagian zine itu apa sih?” dan saya
pun akan menjawab gumaman isi hati mereka “paduli
teuing kumaha urang weh, nu penting urang senang, teu ngaganggu maneh, dan
masalah kalian belum tahu zine itu derita lo, ngaku gaul tapi teu nyaho zine,
makanya baca distraction zine.” Hehe…
Mungkin paparan saya diatas tadi bisa diambil sedikit
pelajaran dan juga suatu renungan bahwa kebahagiaan hanya bisa dirasakan oleh
orang yang merasakannya, karena ketika saya merasa bahagia belum tentu
teman-teman yang membaca tulisan ini tiba-tiba ikut bahagia (syukur kalau
memang ikut bahagia), lagipula bahagia itu tidak pernah terlihat bentuknya
hanya bisa dirasa, dan tentunya kebahagiaan antara saya dan saudara-saudara
pembaca pasti berbeda. Karena untuk merasakan bahagia adalah tergantung diri
kita sendiri, artinya dari hal-hal yang terkecil hingga yang besar jika
diterima dengan hati yang senang dan positif bisa jadi tercipta sebuah
kebahagiaan, karena kabahagiaan adalah tentang perasaan yang begitu personal,
namun tidak ada salahnya pula kebahagiaan dapat dibagi dan dirasakan dalam
kebersamaan. Satu hal kebahagiaan yang saya rasakan adalah saat berjumpa dengan
teman, siapapun temannya itu, kalau bertemu dengan pacar sudah pasti bahagia,
walaupun saya jomblo tapi saya yakin saat bertemu pacar atau orang yang kita
sayangi adalah saat yang menyenangkan dan tentunya membahagiakan, dan bagi saya
saat ini teman bisa dibilang adalah segalanya, baik itu teman kerja, teman
bermain, teman belajar, teman berkarya, teman curhat atau mungkin juga teman
tapi mesra, dan kebahagiaan pun sepertinya bertambah ketika perjumpaan dengan
teman itu bisa berbagi dan menghasilkan solusi-solusi lain dalam menatap
masa-masa kedepan, dan yang terpenting adalah bisa mencerahkan satu sama lain,
sehingga ketika tak harus selalu bersama teman maka kebahagiaan itu tetap ada.
Di dunia ini banyak sekali hal-hal yang bisa menjadikan
kita bahagia dan tentu saja itu bukan melulu masalah materi, kesenangan dan
hiburan lainnya yang selalu menghadirkan tawa, tapi terkadang saya merasa bahwa
ketika hati terluka pun itu merupakan suatu kebahagiaan tersendiri, dan
pernyataan tersebut pasti akan menjadi pertanyaan, bagaimana bisa ketika hati
yang luka menjadi kebahagiaan? Bagi saya adalah bagaimana seluruh otak ini bisa
diisi oleh segala pikiran yang positif, positif tentang apa yang telah terjadi
dan yang sedang dirasakan. Artinya saat saya merasakan patah hati, sakit hati
dan sakit yang lainnya, saya mulai berpikir bahwa sebelum segala sakit itu
datang saya begitu merasa bahagia, maka bahagia pun terasa dan hadir, dan saya
pun bahagia ternyata masih bisa merasakan patah hati, sakit hati, terluka dan
lain sebagainya (maaf jadi sedikit curhat, hehe). Memang tidaklah mudah ketika
harus memusnahkan kesedihan dengan begitu saja, namun saya selalu merasa yakin
bahwa di dunia ini kebahagiaan masih menjadi perasaan yang paling
diidam-idamkan oleh banyak orang dibanding dengan kesedihan, karena jarang
sekali saya dengar orang yang mengharap kesedihan, jadi saya rasa saya tidak
perlu khawatir akan kehabisan rasa bahagia. Bahagia bisa ditemukan dimana saja,
bahagia akan selalu ada, sesederhana dan sekecil apapun kebahagiaan akan selalu
diterima dengan suka cita. SELAMAT BERBAHAGIA!!
*kontribusi tulisan untuk Distraction zine