Kemudian ada satu hal lagi pada pagi hari itu yang cukup membuat dunia bergetar-getar, maksudnya menggetarkan bibir saya untuk tersenyum-senyum, ketika sedang menikmati susu kedelai iseng-iseng liat updaet-an status di hape, begitu aneh dan seragamnya membaca status yang tertera disana (di hape) aneh karena apa yang mereka tulis itu sesuatu yang kurang tepat tujuannya, lebih tepatnya itu sih ekspresi diri untuk buah hati.
ada statusnya yang seperti ini
"anakku sayang mamih pergi dulu yaa, jangan nakal dirumah" #pake icon peluk + cium
kalau di pikir ya, anaknya si mamih itu emang udah pake hape ya? okelah kalau memang anaknya pake hape, kemungkinan besarnya status mamihnya itu terbaca, nah kalau tidak? jadi itu status mamih itu untuk siapa? dan hampir beberapa orang statusnya hampir kurang lebih sama rata seperti itu.
dan pertanyaannya adalah kenapa saya tidak ikut-ikutan bikin status seperti itu?
- pertama saya bukan mamih
- kedua saya belum punya anak, dan kalaupun nanti saya punya anak saya tidak akan menulis status seperti itu, saya akan menulis status : hai teman-teman anak saya laki-laki lho..ganteng!
demikianlah karena susu kedelainya sudah habis.
"anakku sayang mamih pergi dulu yaa, jangan nakal dirumah" #pake icon peluk + cium
kalau di pikir ya, anaknya si mamih itu emang udah pake hape ya? okelah kalau memang anaknya pake hape, kemungkinan besarnya status mamihnya itu terbaca, nah kalau tidak? jadi itu status mamih itu untuk siapa? dan hampir beberapa orang statusnya hampir kurang lebih sama rata seperti itu.
dan pertanyaannya adalah kenapa saya tidak ikut-ikutan bikin status seperti itu?
- pertama saya bukan mamih
- kedua saya belum punya anak, dan kalaupun nanti saya punya anak saya tidak akan menulis status seperti itu, saya akan menulis status : hai teman-teman anak saya laki-laki lho..ganteng!
demikianlah karena susu kedelainya sudah habis.