Ketika
hidup begitu banyak dengan pekerjaan yang harus diselesaikan, tiba-tiba saja
seorang teman berbicara tentang kesabaran, menurut saya ada sedikit
relevansinya antara pekerjaan dan kalimat sabar, ya jika dihubung-hubungkan
sabar sangatlah bisa diterapkan ketika menyelasaikan suatu pekerjaan terlebih
lagi jika pekerjaan itu berat, begitu pula sebaliknya ketika menerima begitu
banyak pekerjaan kita setidaknya harus sabar. Okey mungkin itu bisa menolong
dalam hal pekerjaan, tapi ketika kita mengikat sebuah kesabaran dalam diri kita
dan pekerjaan yang menghampiri kita benar-benar tidak karuan dan begitu
menyiksa hingga ketika pekerjaan itu tidak kunjung usai lantas menuai cibiran
dari orang-orang yang so benar dan so hardworker,
terutama atasan yang selalu sinis dan selalu mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan
yang terkesan arogan namun terkadang memperlihatkan kebodohannya, apakah lantas
harus diam? Setidaknya harus ada sedikit pembelaan dan counter namun lagi-lagi hal
itu harus dengan kesabaran…hmmmm.
Walaupun
hanya sekelas sebuah perusahaan, tapi cara kerja dan sistem yang ada didalamnya terkadang memang
menyebalkan. Ditempat saya kerja mungkin saya bisa jadi dianggap sebagai orang
atau karyawan yang sangat menyebalkan atau mungkin menjadi bahan pembicaraan
terselubung oleh karyawan lainnya, tentunya dan sudah pasti kebanyakan pembicaraannya
sangatlah negatif, tapi paduli teuing!! Dan
itu lagi-lagi saya harus sabar. Saya sama sekali tidak peduli jika saja apa
yang saya sangkakan karyawan lain salah dan melenceng seperti tendangan penalti
David Beckham, namun saya yakin ada satu titik dimana itu memang benar adanya. Bahkan
saya pun tidak jarang berpikir apa yang para atasan pikirkan ketika kebetulan
berpapasan dengan saya atau sengaja memperhatikan saya, mau itu pandangan
positif atau negatif sekali lagi paduli
teuing!!. Kalau seandainya saya salah, tidak suka atau memang bodoh
tegurlah langsung dihadapan muka saya, takut? Tidak, atasan pun MANUSIA!
Ada
satu hal yang begitu lucu namun memuakkan, seringkali saya melihat ketika
seorang karyawan yang kebetulan bertemu dengan atasannya dimanapun itu, mereka
lantas “berhormat-hormat” dengan memberikan senyuman-senyuman yang sepertinya
tulus namun saya berpikir itu senyuman sedikit palsu, karena bisa jadi dalam
hati mereka menggerutu, ya alasannya macam-macam, gaji belum naik-naik lah, gak
pernah dapat bonus lah, dan lah lah yang lainnya, sungguh lucu kan mereka bisa
mempunyai senyum yang begitu palsu. Saya juga meyakini sebenarnya dari sebagian
karyawan yang ada ditempat saya kerja mereka hanya menjalankannya dengan
keterpaksaan dan jarang sekali yang sepenuh hati dalam menyelesaikan segala
pekerjaannya, tapi lagi-lagi harus ekstra sabar, dan mungkin juga terpaksa
mensyukurinya karena jika sampai kehilangan pekerjaannya maka mereka menganggap
dunia sudah benar-benar kiamat, terlebih lagi ketakutannya yang paling kelam
dan galau adalah anak istrinya suatu waktu akan sangat merindukan ingin bertemu
nasi putih hangat dan ayam goreng.
Ada
baiknya sabar itu dilakukan secara proporsional sesuai pada tempatnya seperti
halnya marah, artinya ketika tekanan dalam pekerjaan terutama hubungan antara
atasan dan karyawan yang begitu edan,
maka sabar itu sejenak bisa saja diabaikan, karena sebenarnya ketika hendak
melawan dan membantah pun sabar itu diperlukan kata orang-orang yang terkadang
menjadi so bijaksana padahal kesehariannya hanya bertengkar dengan istrinya
(apakah orang seperti itu bisa dikatakan sabar? Capee dweehh). Tapi saya tidak akan lebih jauh mengintervensi tentang
wilayah permasalahan orang lain, apalagi masalah pribadi. Takutnya jika saya
umbar nanti malah ada yang tersinggung dan kehilangan kesabarannya.
Dibalik
itu juga ternyata dinegara kita juga sudah terbukti bahwa kerusuhan dan
kekerasan sudah menjadi trend tersendiri, tapi ah biarlah mungkin mereka-mereka
itu sudah sampai pada batas kesadarannya, seperti kata-kata yang selalu saya
dengar ketika orang mulai marah
“dengar
ya! Sabar pun ada batasnya!!”
Akhirnya
saya pun tidak mengerti, dari pada semua orang mulai kehabisan kesabarannya ada
baiknya saya mengikuti saran dari Ebiet G. Ade agar bertanya saja pada rumput
yang bergoyang. Sekian…