28 Juli 2010

haji

Menumpas Malas!

BINTANG MERAH JAMBU

Angin malam sudah pasti terasa dingin.
Dan itu berlaku sekalipun aku sendiri.
Tetap dingin dan sendiri sekalipun berjaket bulu biri-biri.
Namun ada satu malam yang kuingat dan benar-benar terasa hangat.
Malam disaat aku berada dalam harmonisasi putaran roda-roda angkutan massal yang penuh dengan wajah-wajah yang tak ku kenal namun ramah dan bersahabat.
Dan dipojokan sana…
Hey,
Ternyata di dalamnya begitu terang.
Terang oleh sebuah bintang.
Bintang yang sinarnya belum pernah ku temui, bukan berwarna kuning atau putih, tapi merah jambu.
Ia bisa tersenyum, senyumnya semanis madu dihadapanku.
Dan andai saja dia tahu, bahwasanya beberapa baris kekagumanku ini aku tulis langsung dihadapannya seperti laju air sungai.
Hanya otak dan hatiku yang mampu berbicara.
Dan air yang mengalir di sungai yang kecil pastilah bermuara di lautan yang luas, sehingga air kembali bebas.
Tiba di perhentian jalan, kulihat ternyata bintang itu masih belum redup, tetap pancarkan cahayanya, hanya sekejap menikmati sinar dan kehangatannya namun aku harus bermuara pada keadaanku semula, melangkah dimalam hitam nan dingin, akan tetapi kehangatan bintang masih terasa dalam raga.
Akhir kata, terima kasih bintang merah jambu, kau manis sekali dan indah, aku yakin keangkuhan bukanlah milikmu.

Oktora 2010

02 Juli 2010

GALA


Menyaksikan bentangan kabut awan yang putih dari dalamnya pikiran, adalah cerah. Karena mimpi yang terlihat dari redupnya lampu kamar tetap takkan merubah cerita menjadi seram. Bukan hanya kupu-kupu yang ada di sana, tapi kunang-kunang yang sedianya terlihat oleh mata malam ikut menikmati mimpi, seakan tak ingin berpaling meninggalkan lantai-lantai putih yang baru terpasang di alam bawah sadar. Ramai dan beramai-ramai mencari angin segar di tengah malam, dan telaga berisi air berwarna biru muda. Tak ada mendung dan tak ada hujan, tapi juga
bukan kemarau. Segalanya terasa sejuk, cerah dan indah.

Tapi layar tidak selamanya terus terbentang, suatu saat harus tersimpan. Bukan mengalah pada ombak tapi karena sudah sampai di pelabuhan. Pikiran malam pun harus mengalami larut, tenggelam, sirna dan hilang. Waktu seakan diputar lebih cepat agar lebih cepat pula menjauh mengikuti pusaran air yang diputar dengan cepat. Titik pusarannya memutar lebih jauh, sekelilingnya terpana melepas mimpi yang cerah namun menjauh dan asyik palingkan muka.

Dan terbukalah lembaran berwarna dunia nyata yang lebih dekat untuk digenggam dan labih jelas untuk dilihat. Awan tak lagi bergumul hanya sekedar basa-basi dalam imajinasi, tapi sudah dapat ditembus oleh kawanan pesawat yang menuju luar angkasa. Tetesan rintik hujan pun nampak nyata seperti air, dan waktu tak lagi semu. Warna-warni dunia menjadi terikat dan tak bisa pudar, kecuali ditimpah dan ditutup oleh kabut hitam. Karenanya hanyalah putih yang bisa membuatnya bias. Serpihan-serpihan batu logis seakan menjadi santapan gulungan ombak. Keras namun tak berdaya, hanya bisa berlari mencari tempatnya untuk kembali. Namun seakan tak bisa menahan laju ombak akhirnya bukanlah kalah dan kekalahan, tapi sirna tenggelam lalu hanyut dan berputar-putar semakin jauh dan semakin dalam terbenam dalam hitam kelam.

Dengarlah suaraku, tubuhku mengharap terbawa dari lingkaran penuh atraksi yang tidak menyenangkan menuju terang yang abadi yang juga mereka inginkan yang tidak ada lagi tanda Tanya seputar kepulan asap bergelora berlomba berteriak meluap-luap. Adalah terang yang diciptakan bukan dari kesengajaan. Karena kungkungan jalan-jalan tak beraturan sudah benar seperti itu adanya.

Saat sudah merasa puas, yang ingin kutemukan adalah damai dan benar dalam mimpi dan nyata, menyaksikan kembali kupu-kupu dan kunang-kunang bermain menggoda berputar-putar, tertawa kenyang hingga menyadarkan bayangan-bayangan. Adakalanya kuhitung kembali hembusan angin yang tersebar, semoga aka nada satu hembusan dari bunga berseri yang begitu harum dan lembut, yang tidak pernah memaksa mendatangkan senyuman. Perjalanan dengan segala pikiran yang ringan adalah maksudku untuk segera kukubur segala kenangan dan kembali menyadarkan bayangan-bayangan. Sekian lama bertukar dengan kengerian, saatnya menikmati kantuk yang sudah lama tidak mengetuk, dan tidurlah dengan tenang dan nyenyak hias kembali mimpimu dengan benderang.