28 Juli 2010

BINTANG MERAH JAMBU

Angin malam sudah pasti terasa dingin.
Dan itu berlaku sekalipun aku sendiri.
Tetap dingin dan sendiri sekalipun berjaket bulu biri-biri.
Namun ada satu malam yang kuingat dan benar-benar terasa hangat.
Malam disaat aku berada dalam harmonisasi putaran roda-roda angkutan massal yang penuh dengan wajah-wajah yang tak ku kenal namun ramah dan bersahabat.
Dan dipojokan sana…
Hey,
Ternyata di dalamnya begitu terang.
Terang oleh sebuah bintang.
Bintang yang sinarnya belum pernah ku temui, bukan berwarna kuning atau putih, tapi merah jambu.
Ia bisa tersenyum, senyumnya semanis madu dihadapanku.
Dan andai saja dia tahu, bahwasanya beberapa baris kekagumanku ini aku tulis langsung dihadapannya seperti laju air sungai.
Hanya otak dan hatiku yang mampu berbicara.
Dan air yang mengalir di sungai yang kecil pastilah bermuara di lautan yang luas, sehingga air kembali bebas.
Tiba di perhentian jalan, kulihat ternyata bintang itu masih belum redup, tetap pancarkan cahayanya, hanya sekejap menikmati sinar dan kehangatannya namun aku harus bermuara pada keadaanku semula, melangkah dimalam hitam nan dingin, akan tetapi kehangatan bintang masih terasa dalam raga.
Akhir kata, terima kasih bintang merah jambu, kau manis sekali dan indah, aku yakin keangkuhan bukanlah milikmu.

Oktora 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar