Pagi
hari adalah waktunya bagi Opik untuk berlatih silat dan joging,
hampir setiap hari ia melakukannya makanya Opik tampak seperti
seorang atlit terlatih padahal bukan, tapi sayang nasib menjadi atlit
belum berpihak padanya, Opik bukan seorang atlit tapi seorang
mahasiswa biasa kecuali hari sabtu minggu, karena sabtu minggu bagi
Opik adalah saatnya istirahat dari joging dan berlatih silat,
alasannya kalau keseringan olahraga dan berlatih silat takut terlalu
sehat dan terlalu jagoan, soalnya Opik tidak mau jadi jagoan, Opik
hanya ingin menjadi orag biasa saja, sangat biasa dan sudah biasa.
Opik ingin seperti Clark Kent yang sangat biasa sebelum berubah
menjadi superman, tapi sangat luar biasa saat menjadi superman, tapi
Opik merasa tidak mungkin kalau memjadi superman karena bajunya saja
tidak punya apalagi jubahya, padahal dia sudah bertanya sana sini ke
tukang jahit tapi alhasil semua tukang jahit yang Opik temui tidak
ada yang sanggup membuat kostum seperti superman.Walaupun begitu Opik
tetap menyerah dan merasa tidak perlu menjadi superman segala tapi
minimal Opik menjadi laki-laki yang kuat, terutama kuat untuk
mengangkut karung beras karena tidak jarang bapaknya yang berjualan
beras menyuruh Opik mengantarkan beras ke rumah pak haji Harun yang
selalu membeli beras sekarung, dua karung, tiga karung dan berkarung
karung, belum lagi saat diperjalanan mengantarkan beras Opik sering
bertemu dengan teman masa kecilnya namanya si Iwan yang selalu
mengajaknya ngobrol kesan kemari tidak jelas, tapi Opik maklum karena
si Iwan pengangguran yang tidak punya kerjaan, sulunya si Iwan itu
sempat menjadi sebagai anak orang kaya pengusaha kerupuk kulit namun
menjadi bangkrut karena difitnah kulit yang ada di kerupuknya bukan
kulit sapi tapi lulit imitasi. Namun walau begitu Opik tetap mau
mengobrol sama si Iwan walaupun sebentar karena Opik suka merasa
kasihan sama si Iwan.
"pik
mau kemana, sini dulu atuh kita ngobrol-ngobrol dulu."
"hayu
wan lah mau ngobrol apa."
"yaa
ngobrol apa aja atuh pik siapa tau lagi ngobrol sayah dapet kerjaan."
"okey
wan kalau begitu, kamu sekarang sudah dapet kerjaan."
"wah
yang bener pik, pekerjaan apakah gerangan?"
"ini
wan tolong kirimin beras ke rumahnya pak haji harun."
"aduh
pik kirain kerjaan apa, kalo cuma ngangkut beras mah mending sama
kamu saja pik, saya mah mending nganggur lagi aja deh."
"okey
kalau kamu gak mau berarti saya harus segera ngirim beras ini, semoga
kamu cepat dapat jodoh...eh pekerjaan...bye!"
"okey
pik terima kasih atas semua do'anya...bye!"
Lalu
Opik berlalu dari Iwan sambil memanggul karung beras, walaupun terasa
berat Opik berharap bisa bertemu dengan anaknya pak haji Harun yang
juga seorang mahasiswi namanya Siti, gara-gara sering disuruh
mengirim beras ke rumah pak haji Harun maka dengan itu Opik juga
tidak sengaja jadi sering bertemu dengan Siti, dari situlah Opik
mulai tertarik sama Siti, tapi di sisi lain Siti sebenarnya tidak
tertarik sama Opik hanya kagum dengan kekuatannya memanggul karung
beras, sebenarnya Siti lebih tertarik sama si Iwan yang lebih ganteng
daripada Opik, tapi karena menganggur Siti tidak jadi tertarikya,
tapi akhirnya Siti tidak tertarik pada keduanya.
"assalamu'alaikum
pak haji...ini berasnya."
"wa'alaikumsalam...eh
pik cepet sekali datangnya, baru saja bapak telepon ke bapakmu
nanyain ko opik belum sampai."
"iyah
maap pak saya tadi diajak ngobrol dulu sama si iwan jadi agak
terlambat tapi lumayan cepat lah pak segini mah."
"iyah
gak apa apa pik yang penting berasnya selamat, oh iya pik tolong
sampaikan sama bapakmu pak haji mengundang untuk hadir nanti malam
dirumah bapak."
"oh
baik pak, tapi kalau boleh tau ada acara apa pak?"
"hehe...kamu
mau tau aja atau mau tau bangeuts pik?"
"mau tau bangets pak."
"jadi
begini pik bapak itu nanti malam mau mengadakan syukuran, yaa semacam
lamaran gitu pik."
"apa
pak haji???"
"lamaran pik lamaraaann."
"siapa
yang mau dilamar pak, tolong jujur sama saya pak!"
"yaa
si siti pik, memangnya kenapa pik kok kamu kaget begitu??"
"haaah
siti???"
"iyaa siti pik sitiii, kamu kenapa pik??"
"gak
apa-apa pak saya hanya senang mendengarnya, akhirnya siti dilamar
juga."
"iya
terimakasih pik kalau kamu ikut senang, do'akan saja biar semuanya
lancar, ngomong-ngomong kamu sudah punya calon belum?"
"yaaa ada sih pak."
"namanya
siapa pik?"
"ah malu pak."
"ah
kamu pake malu segala kaya kesiapa saja, ayo siapa namanya?"
"namanya siti pak."
"apa, siapa pik???"
"siti pak sitiii."
"maksud
kamu siti yang mana pik??"
"yaaa
siti calon saya pak, bukan siti anak bapak, memangnya yang namanya
siti cuma anak bapak saja."
"gak
pik bapak cuma kaget saja dengarnya."
"iya
saya juga sedih pak, siti calon saya mau nikah sama orang lain."
"hah,
ko kejadiannya hampir bersamaan pik?"
"iya pak makanya tadi saya kaget banget."
"ooh
yaa yaa bapak ngerti ngerti, sabar ya pik, semoga kamu dapat yang
terbaik, ya sudah nanti malam kamu sama bapakmu datang kerumah
bapak."
"ah
ga pak terimakasih pak itu kan acara orang tua semua, kalau begitu
saya pergi kuliah dulu pak, mari."
"iya iya pik hati hati dijalan yah."
Lalu
kemudian Opik dengan semangat yang mulai memudar melangkahkan kakinya
ke kampus, disepanjang jalan Opik terus melamun merasa tidak
menyangka kalau Siti akan dilamar dan kemungkinan besar akan menikah,
Opik benar-benar tidak menyangka belum juga mengungkapkan perasaannya
eh malah sudah dilamar duluan, belum juga jadian sudah putus. Tapi
Opik move on dan pertunjukan harus terus berjalan (the show must go
on) dan kuliah harus diselesaikan dengan cum laude, ingin menangis
tapi tidak bisa karena sering berlatih silat, ingin terbang sungguh
tidak mungkin karena Opik bukan superman.