30 Agustus 2009

TEMPAT MENYIMPAN WAJAH/MUKA


Ketika kita sudah selesai memakan makanan dalam kemasan atau meminum air dalam kemasan, tentunya ketika segala kemasannya itu sudah kosong, sudah pasti akan berakhir di tempat sampah, kecuali orang-orang yang memang malas untuk membuangnya ke tempat sampah, maka yang terjadi adalah sampah-sampah itu berserakan dimana-mana di jalan, taman dan sungai-sungai, dan kita pun tentunya sudah mengetahui apa akibat yang akan terjadi. Tapi pada intisarinya adalah segala sesuatu yang sudah habis kegunaannya dan sudah tidak terpakai lagi maka tempatnya adalah tempat sampah.

Begitu juga saat kita memasuki masjid atau tempat apapun yang mengharuskan kita membuka alas kaki seperti halnya sepatu atau sendal, biasanya sudah disediakan tempat penyimpanan atau penitipan alas kaki tersebut, maka kita pun merasa aman karena sendal atau sepatu kita sudah disimpan pada tempatnya. Sebenarnya ada banyak hal di sekitar kita yang apabila kita cermati segalanya sedah tertata dengan rapih dan teratur, contohnya pakaian disimpan dilemari, mobil disimpan atau ditempatkan di garasi, buku-buku disimpan di rak buku dan lain sebagainya yang masih banyak lagi.

Lantas adakah sesuatu yang tidak mempunyai tempatnya? inilah sebenarnya yang menarik bagi saya, anda dan mungkin kita semua. Seringkali kita mendengar atau melihat baik itu dalam kehidupan nyata maupun dalam kehidupan di layar kaca (sebenarnya saya lebih sering mendengarnya dari layar kaca) sebuah pertanyaan yang mempertanyakan tempat penyimpanan yang sama sekali tidak pernah terjawab oleh yang mendapatkan pertanyaan itu. Contoh dalam sebuah sinema elektronik diceritakan seorang anak laki-laki telah menghamili pacarnya sendiri dan tidak mau bertanggung jawab, kamudian hal ini diketahui juga oleh orang tuanya (kebetulan orang tuanya atau bapaknya adalah orang yang cukup terpandang, jelas terpandang mengingat ukuran tubuhnya yang cukup besar) lalu orang tuanya menyuruh anaknya itu untuk mengawini pacarnya atau kalau tidak dikawini maka jalan lain yaitu harus segera digugurkan kandungannya.

Jelas tuntutan orang tuanya ini membuat si anak kebingungan setengah matang, bingung karena jika dikawini dia masih kuliah, terus jika harus digugurkan itu sama saja dengan membunuh dan belum tentu orang tuanya memberikan biaya untuk mengugurkan kandungan pacarnya itu, tapi si anak laki-laki ini tidak terlalu bingung untuk menjawab pertanyaan orang tuanya itu.

“saya tidak mau mengawaninya dan tidak mau mengugurkan kandungannya!” jawab si anak laki-laki
“lantas mau kamu apa? Kalau anak yang ada dalam kandungan itu lahir, muka ayah mau disimpan dimana?”

Nah, pertanyaan terkahir itulah yang saya maksud (muka ayah mau disimpan dimana?) karena seseorang yang mendapatkan pertanyaan seperti itu akan berpikir berulang-ulang dimana tempat yang sesuai dan pas untuk menyimpan wajahnya. Maka dengan adanya masalah yang belum terpecahkan ini tentunya hal tersebut menjadi perhatian dan tantangan tersendiri bagi kita semua untuk dapat memberikan solusi yang terbaik, semisal menyediakan tempat yang sesuai untuk menyimpan wajah bagi mereka yang ingin menyimpan wajahnya sejenak karena malu atau hal yang lainnya. Sehingga kedepannya nanti tidak ada lagi orang yang bertanya untuk menyimpan wajahnya, kalaupun masih ada yang bertanya maka akan dengan mudah untuk menjawabnya, karena sudah ada tempat menyimpan wajah atau muka apapun itu namanya.

23 Agustus 2009

SEHARI SEBELUM RAMADHAN

Hari jum’at pagi kira-kira sekitar jam tujuh lebih empat belas menit saya masih tertidur dari sehabis subuh (aneh ya orang lagi tidur bias tahu jam), tiba-tiba saja telepon genggam saya yang lupa saya silent berdering sehingga membangunkan saya seketika, saya pun mencoba melihat siapa yang menelepon pagi-pagi begini begitu. Setelah saya melihat layar telepon genggam saya sambil mengerutkan alis barulah terbaca namanya kalau yang menelepon saya saat itu adalah si Wawa teman saya.
“halo.” Sapa saya pada si Wawa sambil menguap.
“halo, euh sare keneh maneh nya?” maksud si Wawa adalah halo ah masih tidur kamu ya.
“ah henteu wa tadi beres sholat subuh gogoleran, tapi teu karasa ujug-ujug geus jam tujuh deui.” Artinya ah tidak wa tadi selasei sholat subuh rebahan, enggak kerasa tiba-tiba sudah jam tujuh.
“heueuh eta ngarana sare!” maksud si Wawa iya itu namanya tidur.
“ya sudah ada apa wa?” Tanya saya masih agak mengantuk.
“aduh saya bingung nih mau nyimpen kunci kamar kosan dimana ya?”
“eh ari kamu mau nyimpen kunci kosan kok malah laporan sama saya!” kantuk saya mulai hilang sedikit.
Bukan gitu brad, maksud urang teh bingung mau nyimpen kunci kosan dimana, kalau diatas pintu saya khawatir euy, soalnya dua malam kemarin dikamar kosan sebelah kehilangan hapenya empat buah.”
“wah yang bener wa?! Kalau begitu bilangin sama temen kosan sebelah kamu itu, tenang aja nanti saya kenalin sama temen saya yang punya konter hape di BEC.”
“rek naon ka BEC sagala?” maksudnya mau apa ke BEC segala.
“ya kali aja mau beli hape lagi, jadi kalau kenal mah kan jadi rada bisa murah.”
“ah lieur kamu mah!”
“eh tapi wa, pas kehilangan langsung lapor sama si endin tukang cukur rambut yang ada didepan kosan kamu itu gak?”
“emangnya mau apa lapor sama si endin?”
“bukannya kalau ada apa-apa harus segera lapor pada yang terdekat, denger-denger kan si endin juga dulunya hampir jadi polisi wa.”
“ya nggak tahu atuh masalah itu mah, ya udah atuh kalau gitu kuncinya mending saya bawa aja.”
“akhirnya kamu ngerti juga wa kalau kuncinya harus dibawa, terus makasih ya wa udah bangunin saya, selamat bekerja wa!”
Telepon genggam punya saya pun ditutup dari pembicaraan dengan si Wawa, Wawa itu teman saya waktu kuliah dulu seorang pria tulen asal Sukabumi yang ngakunya tetanggaan sama Dessy Ratnasari, memang bener sih si Wawa itu tetanggaan sama Dessy Ratnasari, tapi yang tetangganya si Wawa mah penyanyi organ tunggal -keliling, tapi ya enggak apa-apa lah yang penting sama-sama pelaku entertainment atau selebritis atau mungkin juga selebtiris, tidak tahu juga, dan enggak kerasa dan tanpa sadar posisi yang sejak awal berbaring ternyata sudah ada dalam keadaan terduduk, entah apa yang sebenarnya terjadi, ah ini memang benar-benar keajaiban tempat tidur, ya sudah saya pun segera beranjak dari tempat tidur dan segera membereskannya, kemudian saya pun berkeliling ke segenap ruangan rumah, ternyata tidak ada siapa-siapa tidak tahu pada pergi kemana, karena saya tidak di kasih tahu, tahu-tahu sudah pada tidak ada, satu-satunya yang terlihat ramai adalah akuarium yang ada di ruang tamu, ikan-ikannya selalu pada ngumpul enggak pernah kemana-mana.

Lantai yang terlihat oleh saya masih tampak kotor, itu berarti belum disapukan oleh siapapun, ya mumpung jum’atan masih lama lebih baik saya bersih-bersih dulu, dan setelah bersih-bersih saya berencana untuk terus mandi dan sarapan, tapi saat asik-asiknya menyapu lantai tanpa suara permisi dan ketok-ketok pintu terlebih dahulu keponakan saya yang bernama Adam tiba-tiba saja masuk mengagetkan saya, rumahnya Adam tidak jauh dari rumah saya, tepatnya di sebelah rumah saya, dan Adam pun masih kelas lima sekolah dasar, sekarang ini si Adam dan keponakan saya yang lainnya lagi senang-senangnya main layangan buatan si Begog, pantas saja akhir-akhir ini si Adam kulitnya kelihatan sedikit lebih putih.
“dam naha teu sakola?” Tanya saya pada si Adam, maksudnya dam kenapa nggak sekolah.
“libur a!” jawab si Adam sambil bersiul dihadapan saya.“oh kalau libur mah kita maen PS yu dam, sambil nunggu jum’atan, gimana berani gak?”
“wah main PS hayu…hayu!” maksud si Adam wah main PS ok…ok…
“ya udah tunggu dulu, om beresin dulu nyapunya, ok dam!”
“ok bos!”
Saya pun kembali melanjutkan bersih-bersih lantai dan si Adam terlihat duduk nungguin saya di depan televisi sambil sesekali melihat-lihat kaset PS yang tersimpan bertumpuk disebelah televisi.

Kemudian setelah saya selesei membersihkan lantai yang kini terlihat lebih bersih dari sebelumya, saya pun langsung memasangkan kabel-kabel PS nya yang belum saya pasangkan lagi karena kemarin PS nya saya bawa ke kantor, biasalah temen-temen masih pada penasaran ingin mengalahakan saya, maklumlah di kantor saya juara bertahan berbagai cup, mulai dari Domba Cup hingga Kalajengking Cup, ya sudahlah jangan terlalu panjang dibahas. Si Adam kelihatannya sudah tidak sabar lagi ingin segera bermain PS, dan dia pun langsung mengambil salah satu stiknya, dan kami berdua pun langsung segera bermain tidak lain dan tidak bukan adalah sepakbola. dengan senang dan gembira, walaupun sebenarnya saya tidak terlalu senang-senang amat, si amat juga tidak senang, maksud saya karena saya belum mandi dan gosok gigi.

Saat sedang seru-serunya main PS sama si Adam tiba-tiba saja ada suara dering sms dari telepon genggam saya, saya pun menghentikan sejenak bermain PS nya dan menyuruh si Adam bermain sendiri dulu, kemudian saya membaca isi sms itu dengan seksama dan teliti, isinya “keu abdi tos dipayun.” artinya saya sudah di depan, ternyata itu sms dari Rahman yang sebelumnya sudah janji sama saya mau pesen kaos beberapa buah cuma saya lupa lagi, tapi saya juga heran sudah didepan kok Rahman tidak mengetuk pintu ya? ah mungkin dia malu-malu mau mengetuk pintunya pikir saya, ya sudah lebih baik saya buka saja pintu rumah saya jangan-jangan si Rahman sudah sudah lama diam di depan rumah saya. Ternyata eh ternyata setelah saya buka pintunya, didepan rumah saya enggak ada siapa-siapa, ah si Rahman pasti bercanda nih, saya pun segera membalas sms si Rahman “man saurna tos dipayun, tapi gening teu aya!” maksudnya katanya udah didepan tapi kok enggak ada, dan tidak lama saya pun menerima sms balasan dari si Rahman yang biasa dipanggil Oman ini, “eh maksad abdi teh dipayuneun gang, abdi ayeuna nembe dugi siliwangi” artinya eh maksud saya didepan gang saya sekarang baru sampai di siliwangi. Membaca sms si Rahman itu saya pun berpikir sejenak, Liga Super belum dimulai, terus Persib juga enggak ada jadwal uji coba, tapi kenapa si Oman malah ke stadion siliwangi, ah lebih baik saya tunggu saja di gang.
“dam tunggu dulu yah, om mau ke jalan dulu sebentar!”
“ok bos!.”
tidak lama menunggu dijalan, akhirnya si Oman datang dengan menggunakan mobil sedan warna hitam entah punya siapa, si Oman pun berhenti tepat dihadapan saya dan segera membuka kaca mobilnya.
“sori keu tadi ti rumah sakit heula.” maksud si Oman maaf tadi dari rumah sakit dulu.
“katanya tadi baru sampai siliwangi, enggak ada ya persib nya?” Tanya saya sambil membuka pintu mobil si Oman dan duduk di dalam di sebelah si Oman.
“lha, siapa yang ke stadion siliwangi, tadi itu maksud saya, saya dari rumah sakit terus kerumah kamu lewat jalan siliwangi, nah pas dijalan siliwangi itu saya nge sms kamu dulu sengaja bilang kalau saya sudah didepan gang biar nanti pas saya sampai kamu udah ada di jalan.”
“oh gitu man, ya sudah atuh kita mau terus kemana nih?” Tanya saya sambil memasangkan sabuk pengamannya.
“eh kamu mah gimana keu, kan saya teh mau ke rumah kamu, mau ngambil kaos tea!”
“oh iya ya man, kamu teh mau ke rumah saya, kirain teh mau ke lembang, ya sudah atuh hayu.” terpaksa saya buka lagi sabuk pengamannya dan keluar dari mobil si Oman, sama-sama menuju rumah saya, tapi saya agak curiga begitu melihat si Oman berjalan, karena jalannya yang agak terpincang-pincang, ah pikir saya mungkin si Oman lagi cedera sehabis main bola karena terkena tackling keras dari seorang bek tangguh saat dia akan menerobos daerah pertahanan lawan.
“man kenapa kaki kamu, kok jalannya pincang gitu?” Tanya saya sedikit penasaran juga sambil melihat ke arah kaki si Oman.
“biasa penyakit kampung keu!” jawab si Oman sambil malu-malu.
“memangnya kamu kena penyakit apa man?”
“b-i-s-u-l …” jawab si Oman sambil mengeja nama penyakitnya itu dengan cepat.
“waaah pasti kamu kebanyakan makan baso ya man?”
“ah bukan keu kayanya ini mah kebanyakan makan telur rebus.” kata si Oman dengan yakin.
“iya maksud saya juga baso telur, sama aja kan ada telurnya.”
“iya lah terserah kamu!”
Maka saya dan Oman pun berjalan menuju rumah saya menyusuri gang yang agak kecil yang hanya cukup untuk dua orang, belok kanan, belok kiri, lurus dan sampailah dirumah saya, begitu saya dan si Oman masuk kerumah, karena takut lupa saya tidak berbasa basi lagi langsung membawa kaos pesanan si Oman, setelah diperlihatkan kaos-kaosnya, si Oman pun dengan antusias memilih-milih kaos yang dia sukai, setelah lama memilih-milih tanpa diduga si Oman ngambil sepuluh buah kaos, ya bagus lah pikir saya.
“jadi sabarahaeun keu kabeh?” artinya jadi berapa semuanya, sambil mengeluarkan uang dalam dompetnya.
“dua ratus lima puluh man.” jawab saya sambil membereskan kaos-kaos yang lainnya.
“sori nya keu meulina ngan saeutik euy.” maksudnya sori ya belinya cuma sedikit.
“teu nanaon man, luamayan sakieu ge, cukuplah keur meuli mobil jeung imah mah.” maksud saya enggak apa-apa, lumayan segini juga, cukuplah buat beli mobil sama rumah. Dan setelah semua transaksi selesei, si Oman terlihat sedang menerima sms entah dari siapa, memberi tahu si Oman kalau dia harus balik lagi ke rumah sakit nungguin saudaranya yang terkena penyakit demam berdarah. semoga lekas sembuh.
“eh enya keu poho, mohon maaf lahir dan batin nya!” kata si Oman sambil menjulurkan tangannya tanda bersalaman.
“eh iya man sama-sama euy, saya ge teu nyuguhan nanaon.” maksud saya iya sama-sama, saya juga nggak ngasih apa-apa, jawab saya sambil bersalaman dengan si Oman, dan setelah bersalaman si Oman pun pamit dan pergi berlalu dari hadapan saya, saya pun tersadar dan bersyukur Alhamdulillah ternyata besok sudah memasuki bulan Ramadhan, maka saya pun lekas-lekas mandi untuk segera pergi ke masjid melaksanakan sholat jum’at.
“eh dam, main PS nya udah selesei?”
“belum a, kagok saeutik deui!” artinya belum a tanggung sedikit lagi.
“oh ya udah atuh, kalau sudah nanti diberesin ya PS nya, terus kita pergi jum’atan sama-sama.”
“ok bos!!”

Bandung, 21 Agustus 2009



21 Agustus 2009

BERTEPUK SEBELAH TANGAN



Siapa yang tidak pernah bertepuk tangan ? Jawabannya sangat mudah sekali, yaitu orang yang sedang menangis, dan sepertinya belum pernah terlihat orang yang sedang menangis tersedu-sedu sambil bertepuk tangan atau diberikan tepuk tangan oleh teman-teman dan keluarganya atau diberikan semacam applaus oleh para penonton. Maka dari itu bertepuk tangan adalah suatu kegiatan yang selalu berhubungan dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya dalam sebuah acara ulang tahun, anak-anak pada saat bernyanyi selalu diiringi dengan bertepuk tangan, kemudian seorang penyanyi yang sudah selesai bernyanyi hingga tidak terhitung jumlah lagunya pasti akan diberikan tepuk tangan yang sangat meriah. Berbeda halnya dengan Pramuka, seorang pramuka saat hatinya sedih atau senang jika diperintah untuk bertepuk tangan mau tidak mau pasti akan bertepuk tangan. “okay tepuk pramuka!!”
Jika bertepuk tangan dengan kedua tangan, sepertinya itu sudah biasa, tapi bagaimana jika kita mencoba bertpuk sebelah tangan, apa yang akan terjadi? Sebetulnya tidak akan terjadi apa-apa ini hanya dalam rangka mencoba saja, justru yang terlihat jika kita bertepuk sebelah tangan adalah seperti burung yang terbang dengan menggunakan satu sayapnya, ya kira-kira seperti itulah. ( mohon maaf bila perumpamaannya terlalu jauh, tapi jika dianggap mendekati itu karena saya brilian ), tapi satu hal yang pasti jika bertepuk sebelah tangan tidak akan menghasilkan bunyi apa-apa.
Tapi jangan menganggap remeh sisi lain dari bertepuk sebelah tangan ini, walaupun tidak berbunyi, akan tetapi bertepuk sebelah tangan pun dapat membuat seih dan membuat sakit hati seseorang, enggak percaya? Ok kalau begitu, perah dengar orang yang lagi curhat khususnya masalah gelora asmara? Jika pernah, sebelumnya pasti akan menanyakan terlebih dahulu perihal apa yang akan di curhatkannya.
“kamu kenapa menangis?”
“memangnya ada masalah apa?”
tidak lama seseorang yang akan curhat itu menjawab
“begini sep saya sedih karena cinta saya ditepuk sebelah tangan oleh neng ita.”
nah sekarang percaya kan kalau bertepuk sebelah tangan itu mempunyai efek yang sedikit kurang baik bagi hati dan kesehatan orang lain, tapi sesekali boleh juga sambil nungguin bis kota datang iseng-iseng di halte kita bertepuk sebelah tangan, eh bertepuk sebelah tangan atau bertepuk tangan sebelah ya? Ya yang mana saja lah yang anda suka, tapi tepuk tangannya mannnnaaa.....

18 Agustus 2009

NEGRI CINTA


Apa yang terjadi jika setiap Negara di dunia ini segala sesuatunya di embel-embeli (sepertinya agak kurang sreg dengan kalimat diembel-embeli itu, bagaimana kalau dengan diembel-embelkan atau diembel-embelpun, terserah saja) dengan kata cinta? Yang pasti akan terjadi perang dunia cinta, maksudnya adalah akan terjadinya perang promosi antar Negara, pokoknya se-cinta mungkin, dengan tujuan untuk menarik lebih banyak lagi wisatawan asing dan wisatawan sudah tidak asing lagi.
Tidak jauh berbeda dengan hal diatas, di salah satu Negara antah berantah penambahan kata cinta ini menjadi sedikit lebih unik, dan perlu diketahui pula bahwa dinegara tersebut kata cinta sudah bukan lagi milik judul-judul lagu, akan tetapi penggunaan dan penempatannya pun sudah meluas. Seperti pada sebuah acara pencarian jodoh di televisi, para penotonnya dinamakan atau disebut dengan majelis cinta, belum lagi komentatornya mempunyai jabatan sebagai peramal cinta. Itu sebagian kecilnya, masih ada sebagian lainnya yang menarik lagi. Sebuah manajemen musik justru menamakan dirinya sebagai Republik Cinta, kemudian seolah tidak mau ketinggalan dengan majelis cinta, sebuah acara di televisi juga menamakan jurinya sebagai dewan cinta, bahkan beberapa tahun silam ada sebuah grup music/band yang bernama Golok Cinta. Dan mungkin sepertinya ada kesan tanggung dan kurang lengkap jika tidak ditambahkan pada hal-hal yang lainnya pula . sementara dewan, majelis, dan republic cinta sudah ada bagaimana jika ditambahkan pada mentri cinta, gubernur cinta, walikota cinta, lurah cinta, camat cinta, RW cinta, RT cinta dan rakyat cinta sehingga nantinya benar-benar menjadi sebuah negri cinta. Yuuu.

DI UJUNG TANDUK


Tanduk seperti yang kita ketahui adalah suatu benda yang biasanya muncul pada kepala seekor binatang, namun tidak semua binatang memiliki tanduk, hanya binatang-binatang tertentu saja yang memilikinya, mungkin saj yang memiliki tanduk ini adalah binatang dari kalangan ningrat atau yang mempunyai darah biru, dan biasanya bentuk dari tanduk ini mempunyai ujung yang runcing atau tajam. Kira-kira seperti itulah gambaran mengenai tanduk dari A sampai Z sudah dijelaskan secara rinci.

Perihal judul diatas kalimat di ujung tanduk kini sudah menjadi semacam istilah, apalagi saat kita menyaksikan tayangan infotainment dimana dalam acara itu diberitakan mengenai hubungan seorang selebritis yang menuju ambang kehacuran. Contohnya, “setelah sekian lama tidak muncul dilayar kaca, kini tersiar kabar bahwa kehidupan rumah tangga si fulan sudah berada diujung tanduk.” Begitulah kira-kira istilah di ujung tanduk ini digunakan, dan jika diperhatikan penggunaannya lebih kepada urusan-urusan rumah tangga dan kedengarannya pun memang sesuai.

Akan tetapi istilah di ujung tanduk ini sebenarnya bukan hnya dimonopoli oleh masalah-masalah dalam rumah tangga saja, tetapi dalam masalah pribadi pun istilah di ujung tanduk ini kerap kali digunakan hanya pada situasi-situasi yang cukup mendesak, dan sepertinya sudah tidak bias ditahan-tahan lagi salah satunya adalah sakit perut. Contohnya, “cepetan dong masa saya sakit perut nih sudah di ujung tanduk.” Dan kedengarannya memang tidak terlalu salah kan? Tidak tahu. Bahkan terdengar lebih santun dengan kata di ujung tanduk itu, dari pada menggunakan kata b*@#r yang dianggap terlalu vulgar jika digunakan di hotel berbintang lima, enam, tujuh, dst. Contohnya, saat seseorang menjadi tamu kehormatan dan menginap di hotel berbintang lima, pada sebuah jamuan makan malam tiba-tiba saja perutnya tidak bias lagi diajak kompromi, otomatis seketika itu yang terpikir adalah toilet, hendak bertanya kepada orang-orang yang sedang makan rasanya tidak mungkin dan tentunya akan malu jika ditanya alasannya apa. Maka dia pun berinisiatif mencari seorang office boy ke sekeliling hotel, dan setelah mencari-cari cukup lama dengan sakit perut yang masih terasa akhirnya orang itu pun menemukan juga sang office boy, dan tanpa basa basi lagi dia pun langsung bertanya.

“maaf mas kalau toiletnya di sebelah mana ya?”.

“wah kalau toilet masih di lantai tiga! Emang si mas ini mau apa ke toilet?”

“ saya sakit perut mas mau b*@#r !!”

Mendengar kalimat yang terakhir itu si office boy langsung kaget dan wajahnya berubah, dan dengan agak ketus office boy itu langsung berbicara sambil menunjukkan tangannya ke arah gudang dipojok tempat acara makan malam itu berlangsung.

“tuh kalau mau b*@#r disana!!”

“lho kalau toilet yang dilantai tiga buat apa mas?”

“kalau yang dilantai tiga khusus buat yang sudah di ujung tanduk.”