03 November 2009

DI BANGKU TAMAN

Aku saat ini sedang menikmati malam, tak ada yang aku tunggu, tak ada yang aku pikirkan siapapun itu, kecuali hanya diriku sendiri dan rambulan, taman, kunang-kunang dan beberapa nyamuk yang sesekali suaranya terdengar hilir mudik di telingaku. Malam memang gelap dan hitam, karena cahaya malam adalah cahaya gelap. cahaya kuning dari lampu yang menyinari taman pun tersamarkan, berusaha menembus lapisan-lapisan kabut untuk menyinari taman hingga pagi menjelang. Terangnya tidak merata, karena gelap tetap menguasai malam, aku senang memandangi keduanya – gelap dan terang – supaya mereka berdamai, sehingga pagi tidak menjadi kacau balau. Dan kabut malam perlahan-lahan sirna dari kekuasaan malam mempersilahkan kepada pagi yang sudah banyak dinanti.

Ketenangan di taman in benar-benar aku rasakan auranya. Walaupun malam, tapi ketenangan di taman ini tergambar seperti taman yang tengah dikelilingi warna-warna pelangi nan lembut ada si merah, si jingga, si kuning, si hijau, si biru, si nila dan si ungu bersatu padu menghiburku yang merasa lelah dan hanya terduduk di bangku di tengah-tengah taman. Aku tidak ingin membayangkan dan memikirkan apapun dalam lelah ini. Taman ini jika di malam hari tidak begitu tampak jelas keindahannya – dingin dan diam, tapi aku yakin jika taman ini ada dalam pagi pemandanganya jauh lebih indah dari malam. Ah aku sudah terlalu banyak berdebat dengan diriku sendiri tentang siang, malam, indah, kelam sedangkan aku sendiri belum bertanya kepada taman ini, apakah taman ini memberikan izin kepadaku untuk beberapa saat memejamkan mata ini, tapatnya dibangku ini. Karena raga yang terasa lelah telah membuat mata ini sedikit demi sedikit terasa berat, belum lagi rasa kantuk yang mulai mencampuri mata ini, maka semakin dalam dan semakin lengkaplah lelah dan kantuk ini berjalan beriringan menguasai raga.

Memejamkan mata di saat rasa lelah menerpa adalah hal yang paling nikmat dan terindah bagiku bagi kita, tapi mungkinkah hal ini terjadi hanya hari ini saja? semoga kenikmatan dan keindahan membunuh lelah akan selalu aku rasakan di hari-hari yang lainnya. Tapi akankah terjadi setiap hari? senin, selasa, rabu, kamis, jum’at, sabtu dan minggu? namun hari-hari itu tetaplah sebuah hari, semuanya tidak pernah berubah, semuanya mempunyai pagi yang selalu membawaku untuk mulai berlari mengejar mimpi-mimpi, mempunyai siang yang selalu mengajakku pantang menyerah menerjang karang, mempunyai sore sebagai separuh perjalananku dalam menghadapi segala tantangan dan mempunyai malam sebagai satu-satunya pelabuhan terkahirku untuk melepaskan segala lelah dari mengejar mimpi, menerjang karang dan menghadapi tantangan, jadi untuk apa aku mengeluh dan membenci hari.

Pagi adalah sejuk yang membelai wajah, menyimak segala apa yang tersirat dari gerak gerik mata, arah penciuman hidung dan sekumpulan kata-kata dari dalam mulut, menawarkan semangat yang selalu baru, walaupun perjalananya kadang terasa sangat singkat, karenanya jika hati teriris pedih, rupanya terlalu dini untuk menangis dipagi hari. Sebab wajahku dan wajahmu adalah bagian tubuh yang paling penting dan selalu mendapat perhatian. Aku tidak pernah menyalahkan hari apalagi mencaci maki hari, aku tidak pernah menuntut hari untuk selalu ramah dan sejuk terhadap wajahku, karena hari selalu begitu. Aku selalu menahan rasa senang ketika siang merangkak menang. Siang selalu menyampaikan pesannya melalui panas dan debu-debu. Berbicara dan bertutur dengan bahasa yang lain, tidak ada suara yang terdengar namun terasa, sangat terasa. Aku menjauh pun tetap terasa. Seperti mengejar dan seperti sengaja ingin mengisi dan melengkapi apa yang sedang aku rasakan. Seperti panas, terkadang membakar wajahku, di saat wajahku ini penuh dengan peluh dan berbagai luka. Begitu juga dengan debu-debu yang berbaur antara yang halus dan kasar serta merta menghantam wajahku, dimana saat siang selalu penuh dengan peluh dan segala luka. Maka dari itu malam di taman ini mejadi seperti air telaga bagiku untuk membasuh segala yang membakar dan menghantam wajahku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar