17 Februari 2010

OBROLAN TENTANG PEKERJAAN

Saat pagi hari (sebuah pagi kebebasan) segera saja saya langkahkan kaki yang sudah lama tidak menikmati jalanan, tentunya dihari kebebasan setelah sekitar tiga minggu mengerjakan tugas-tugas yang membuat kaki ini tidak bisa melangkah kemana-kamana (maksudnya untuk keluar sekedar melihat pemandangan alam), yang ada hanya terpaku menatap pemandangan dari sebuah layar datar empat belas inci yang hanya bisa bergerak ketika tombol-tombol pada keyboard dan mouse ditekan dan digerakkan, yang menyebabkan terjadinya apa yang dinamakan pekerjaan.

Kali ini saya menyusuri sebuah pasar tradisional yang hanya berjarak beberapa kilometer saja dari rumah saya, bisa juga naik angkutan umum, tapi saya pikir sayang hanya sebentar, toh ibu-ibu yang berada disekitar rumah saya juga saya lihat biasa berjalan kaki jika hendak ke pasar tersebut, kacuali saat akan pulang, tidak mungkin rasanya dengan membawa belanjaan (biasanya lebih dari satu bungkusan belanjaan) yang cukup banyak bulang dengan berjalan kaki lagi.

Saat memasuki area pasar, saya perhatikan ternyata masih tampak sibuk, dan agak sedikit macet. Tapi hal itu sama sekali tidak saya keluhkan karena suasana seperti itu benar-benar khas sekali, semuanya berbaur. Ketika memperhatikan satu persatu para pedagang yang tengah sibuk melayani para pembeli yang kebanyakan ibu-ibu, sejenak saya pun berpikir, apa bedanya ya para pedagang itu dengan orang-orang yang bekerja dikantoran/menjadi karyawan? jika ditarik garis lurusnya, mungkin sama-sama mencari uang, hanya caranya dan penampilannya saja yang berbeda, dan juga pendapatan yang didapatnya. Tapi jika harus memilih saya cenderung lebih tertarik dengan suasana perdagangan seperti itu, sepertinya tidak tersekat oleh ruang, jika istilah dalam perbisnisan modernnya yaitu Freedom Financial (Kebebasan Finansial) saya jadi ingat kata-kata salah seorang teman dalam sebuah obrolan “berdagang itu enak, dapet duitnya tiap hari, beda dengan orang yang kerja kantoran, dapet duitnya mesti nunggu satu bulan, kadang belum juga sampai ke bulan berikutnya, gajinya sudah habis duluan ditengah jalan, terus untuk menyambungnya terpaksa pinjam sana pinjam sini.” memang ada benarnya juga sih pernyataannya itu, jika melihat kembali pada realita yang ada, teman-teman saya yang menjadi karyawan di berbagai berusahaan “hampir” seperti itu.

Tidak terasa matahari sudah merangkak naik, saya putuskan untuk mengunjungi rumah seorang teman, juga tidak jauh lokasinya dari pasar, beruntung teman saya sedang santai menikmati liburan dirumahnya dan sepertinya memang sedang tidak ada kerjaan. Obrolan pun mengarah pada hal-hal yang berbau pekerjaan, namun semakin lama terasa semakin membosankan, akhrinya kami pun dengan ngelantur mencetuskan sebuah ide untuk membuka lowongan pekerjaan yang cukup ekstrim namun penuh resiko yang tentunya ditanggung sendiri, mempunyai keberanian yang tinggi, siap bekerja pada malam hari atau tengah malam, tidak perlu pendidikan tinggi, pengalaman tidak diutamakan hanya kemauan dan tertarik pada hal-hal yang berbau klenik, mistis, dan dunia lain, apakah itu : menjadi operator lilin dan makhluk piaraannya (babi hutan)… JJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar