22 November 2010

NYALA

Jauh dimana waktu kaki melangkah, tak jarang ada bagian dalam jalur hidup ketika langit terasa terus menerus berwarna hitam, semu bukan keinginan, semu adalah jalan. Tak pernah berhenti terus mencari titik dimana keberadaan awan yang putih dan lembut, yakin bahwa itu bukanlah semu yang selalu membuat ragu, terbangkan pikiran sejauh-jauhnya hingga pasti menemui yang sedang tersembunyi, menunggu hingga terpanggil oleh suara-suara yang tak bergetar. Pertemuan dengan perih selalu menyapa ketenangan hati, membuai dan terlena dibuatnya hingga mata terpejam melihat hitam. Dalam mimpi memaknai jatuh demi jatuh, pada rangkaian langkah-langkah yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Memikirkan adakah cahaya disana, di tempat yang berlainan arah? Jawabannya adalah membisu. Tapi jika saja dapat kembali kearah yang dianggap suram, maka sudahlah terasa rasanya seperti apa. Tetapkan agar percaya bahwa terang akan segera datang dan disaat yang tidak pernah terduga sebelumnya oleh aura panca indera.

Langit diatas sana selalu menyala, menerangi yang tegak berdiri menghirup hembusan keinginan untuk keluar dari kubah yang menutup rapat setiap catatan perjalanan. Tanah tempat berpijak tidak selamanya bungkam, ketika basah tersirami oleh air hujan, akar-akar begitu bahagia, dan ketika disinari sinar matahari segalanya seperti terasa hangat, langit begitu dekat karena terlihat, burung-burung saling bersahutan melayang membawa kutipan sepatah kata dari kumpulan awan dan segenap alam untuk untuk dihantarkan pada malaikat yang berada diatas bumi yang sedang tersenyum lepas.

Semua telah mempercayaiku, walalu mereka terkadang merasa sulit, yang terasa adalah hujaman dan tikaman dari perkataan dan sumpah serapah melilit raga. Tapi biarlah aku mengurung benci, karena tanah sudah mempersilahkanku dengan luas untuk melangkah dengan sederhana, karena anginpun menunjukkan arah padaku dengan hembusannya yang terbuka lepas, lepas…aku harus segera lepaskan sebuah jangkar raksasa di pundakku, dimana karatnya berceceran menahan laju agar aku tetap berdiam diri menunggu dijilati api penghancur mimpi dan harapan. Sekalipun rapuh aku takkan menelan ludah, agar tubuh ini dengan perlahan-lahan dapat merasakan keyakinan yang bertambah yang setetes demi stetes mengendap pada celah-celah kecil dalam tubuhku, sehingga ketika telah terkumpul dapat memancarkan dunia baru yang bias lebih kumengerti dan kupahami. Dan aku percaya pada semua bahwa waktu akan mengantarkan pada saatnya yang akan tiba, dan pada waktunya nanti yang kulihat adalah nyala, terang benderang lalu semua akan beterbangan.

Nyala panas yang membelenggu, membakar tapak jejak yang telah membuat semua bertambah suram. Gerah menjadi perangkap untukku tetap menerima uap dari bara pembuat dan pencipta luka. Menunggu hujan untuk segera turun adalah mungkin dan tidak mungkin. Aku hanya bias berdiri, wajah menengadah tanpa suara diantara riak-riak fatamorgana yang tampak bergelombang. Mata semakin kuat terpejam, namun tubuh terasa lunglai oleh desakan berbagai macam aroma uap tanah yang semakin memanas, aku hanya bisa menahan dan menunggu sekawanan pelari tanpa suara yang bergerak cepat mengelilingi pikiran-pikiran penuh dengan tanda tanya. Karenanya kata-kata adalah sebuah harap dan yang selanjutnya adalah kenyataan yang benar. Keringatku mulai luluh lantak berjatuhan tanda panas dan gerah telah mengalah pada hembusan angin yang berselancar mengarah ke berbagai arah, perlahan-lahan mendinginkan beribu-ribu rasa kecewa yang telah tertanam dalam asa.

Pertanyaanku kali ini, adakah tempat yang lebih luas untukku merenung, memikirkan berbagai rencana yang penuh cita-cita, adakah lapang yang lebih luas untuk berlari, untuk meninggalkan segala beban serpihan kecewa. Dan akhirnya ketika daratan dan lautan telah sesak oleh kenyataan, maka dimanakah kita akan berpijak, berteriak dan terus melangkah ke depan, memandang segala kemungkinan yang belum tampak namun pasti dan tanpa ada segala ingatan lama untuk ikut terbawa kembali yang dapat mematahkan segala asa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar