18 Oktober 2009

RAPAT TUSUK GIGI

Bukannya mau sombong, tapi ini memang kenyataan. Setiap pagi sebelum berangkat kemana-mana, saya selalu menyempatkan untuk itu apa namanya membersihkan seisi rumah, ya benar menyapu. Maksudnya ya biar terlihat sedikit sibuk saja dirumah sambil sekalian berpartisipasi dalam rangka menyelenggarakan rumah yang bersih dan sehat. Karena kebetulan dirumah saya juga tidak ada pembantu, soalnya saya suka ada semacam rasa tidak tega mengajak orang untuk membantu saya, apalagi untuk membersihkan rumah dan isinya, maksudnya perabotan yang ada di rumah, bukan manusia nya juga yang ikut dibersihkan. Sehabis membersihkan dan beres-beres seisi rumah, kalau ada baju-baju yang memerlukan untuk dicuci maka saya sempatkan untuk mencucinya, dan sekali lagi saya mencucinya sendiri tidak pernah sedikit pun terlintas dalam pikiran saya untuk memberikannya pada si bibi tukang cuci, karena sekali lagi alasan saya karena suka tidak tega menyuruh orang untuk mencucikan baju-baju saya apalagi kalau ada underwear nya, pasti saya akan merasa lebih malu lagi, soalnya takut sama si bibi nya dibilangin sama anaknya yang perempuan yang suka sama saya, nanti teh sama si bibinya dibilangin begini sama anaknya

“ …neng ini nih celana dalamnya si encep yang kamu traktir teh kalau mau tau mah.” Maksud si bibi mah taksir. Taksir itu mungkin semacam kecengan lah. Tuh kan kalau memang begitu kejadiannya, mau ditaruh dimana muka saya? pasti kamu juga tidak akan tahu, kenal aja belum sama anaknya si bibi tapi udah ketahuan duluan dalemannya.

Dari seringnya menyapu lantai, karena tidak mungkin saya menyapu lapangan sepakbola, saya tahu banyak apa saja biasanya kotoran yang terdapat di lantai rumah saya itu, kalau harus disebutkan satu-satu sepertinya akan tidak mungkin karena akan panjang sekali dan saya juga malas untuk menuliskannya, mungkin juga kalau saya menuliskan kotoran apa saja yang ada dirumah saya saat saya membersihkannya nanti malah mengotori halaman kertas yang saya tulis ini. Jadi maaf kan saya yang tidak mau terbuka dan transparan mengenai masalah ini karena ini sudah menjadi semacam rahasia keluarga jadi tidak bisa diganggu gugat. Tapi ya sudahlah kalau tetap memaksa akan saya kasih tahu….goreng, jadi salah satu kotoran yang sering saya sapukan adalah debu!.

Tapi belakangan ada kotoran yang tidak lazim yang saya temukan setiap kali saya menyapu lantai, tepatnya setiap hari, kotoran tidak lazim itu tidak lain dan tidak bukan adalah potongan tusuk gigi, aneh ini benar benar aneh, karena baru kali ini ada yang meletakkan tusuk gigi begitu saja di lantai. Kemudian saya pun menjadi curiga dibuatnya, menerka-nerka siapa pelakunya. Hingga sempat terpikir oleh saya, bagaimana kalau saya bikin sayembara siapa yang bisa menemukan orangnya yang suka buang tusuk gigi, dan bila ada yang menemukannya maka akan saya beri ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya dan tidak akan saya lupakan kebaikannya, dan akan saya anggap sebagai teman, kalau yang berhasil menemukannya seorang perempuan akan saya anggap sebagai teman sedikit mesra, tapi kalau yang berhasil menemukannya pria akan saya anggap teman saja. Tapi pada akhirnya saya pun sadar dan yakin kalau sayembara dengan hadiah seperti itu tidak akan ada peminatnya sama sekali.

Tapi tidak lama kemudian ide brilian saya pun muncul, bagaimana kalau saya mengadakan rapat, ya rapat dengan seluruh anggota keluarga untuk mencari tahu siapa sebenarnya yang suka menyimpan potongan tusuk gigi dimana saja itu. Lalu saya pun membuat surat undangan rapat untuk seluruh anggota keluarga, bapak, ibu, kakak, dan adik saya. Surat udangannya tidak jauh berbeda dengan surat undangan yang sering bapak saya terima dari ketua RW untuk rapat kantor RW. Lalu semua surat undangan itu saya simpan di meja kerja bapak saya, maksudnya supaya orang-orang yang namanya tercantum disurat itu yang mengambilnya sendiri. Yang pertama kali mengambil surat itu adalah bapak kemudian disusul oleh ibu, terus oleh kakak, dan yang terakhir sudah pasti adik saya, tidak mungkin tetangga saya, karena tetangga saya tidak saya undang soalnya sedang sibuk menyiapkan hajatan pernikahan anaknya. Saya sengaja menetapkan hari untuk rapatnya adalah hari sabtu tepatnya jam sembilan malam. Karena biasanya pada hari sabtu semua orang tidak kemana-mana. Sebenernya hari-hari biasa juga saat malam hari memang semua orang tidak kemana-mana. Ya biarkan saja itung-itung mengisi malam minggu. Terus kenapa waktunya harus jam sembilan malam? Ya terserah saya dong, saya yang buat undangannya.

“wah ada rapat apa ini, ko rapatnya aneh, rapat tusuk gigi” kata bapak saya saat pertama kali membaca isi surat undangannya sambil geleng-geleng kepala.

“iya nih pah, rapatnya ko tusuk gigi ya.” Lanjut ibu saya yang baru saja pulang bersama bapak saya.

Lalu adik saya yang baru saja pulang kuliah langsung menyambar surat undangan yang ada dimeja kerja bapak saya.

“euh ieu teh naon sih, rapat araraneh kieu.” Maksud adik saya aduh apaan sih ini, rapat ko aneh begini. Sambil ketawa-ketawa.

“naon ieu teh aya rapat tusuk gigi sagala?” disusul kakak saya yang baru pulang dari berkemah di gunung puntang. Artinya apa sih ini ada rapat tusuk gigi segala? Semuanya pun berpikiran sama kalau semua ini pasti perbuatan saya.

Singkat cerita hari sabtu jam Sembilan malam sudah tiba, wah benar saja seluruh anggota keluarga sudah pada nunggu di ruang keluarga, hebat pikir saya kompak sekali padahal surat undangan itu tidak terlalu serius tapi semuanya kelihatannya sudah punya niat untuk mengikuti acara rapat tersebut. Apalagi bapak dan ibu saya sengaja pakai batik yang baru saja selesai dijahit oleh Mang Endin tukang jahit langgana keluarga saya. Sayapun langsung bergabung dalam kumpulan itu, dan tanpa basa-basi lagi saya langsung membuka rapat dengan do’a dan kata-kata sambutan, kemudian langsung pada isi materi rapat.

“bapak, ibu dan saudara-saudara sekalian, maksud saya mengadakan rapat ini adalah untuk membahas dan mempertanyakan mengenai tusuk gigi yang akhir-akhir ini sering saya temui di berbagai tempat, maka dari itu sebagai pelaksana kebersihan di rumah ini saya ingin bertanya kepada bapak, ibu dan saudara sekalian barangkali ada diantara hadirin yang hadir disini yang mengetahui siapa sebenarnya yang selalu menyimpan tusuk gigi itu?.”

Bapak, ibu, kakak dan adik saya semuanya saling berpandangan satu sama lain tanda merasa bingung dengan pernyataan saya itu, lalu tidak lama mereka serentak menggelengkan kepalanya tanda tidak mengetahui siapa yang selalu menyimpan tusuk gigi disembarang tempat itu. Karena tidak ada yang mengetahui dan mengaku perihal tersebut maka saya pun langsung menutup rapat dengan do’a dan membubarkan acara rapat yang berlangsung tidak lebih dari lima belas menit itu, dan setelah semuanya bubar dari ruang keluarga saya pun hanya duduk di sofa sendiri sambil berpikir-pikir lagi cara apa yang tepat untuk mengetahui siapa sebenarnya yang suka menyimpan tusuk gigi itu. Tiba-tiba saja bapak saya balik lagi ke ruang keluarga dan duduk disebelah saya.

“yang buang tusuk gigi itu sebenarnya bapak nak, hanya tadi bapak malu saja buat ngaku, gengsi dong masa orang gagah kaya bapak kerjaannya buang tusuk gigi sembarangan, tapi jangan bilang-bilang sama yang lain ya.” Ucap bapak saya santai, saya sedikit kaget dengan pernyataan bapak saya itu.

“oh jadi bapak ya yang suka buang tusuk gigi sembarangan itu?”

“iya bapak cuma lupa aja, tapi itu juga nggak sering ko cuma sesekali saja.”

“iya tidak apa-apa pak, saya juga baru inget kalau yang sebagiannya lagi adalah saya yang suka membuangnya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar