06 Juni 2011

DIA (cerita bersambung) #4

Pesan Singkat

Dibawah terik sinar matahari, angkutan kota yang ditumpangi oleh Nera berhenti tepat di depan kantor tempat kerjanya, sebelum keluar dari mobil Nera membuka dompetnya dan tiga lembar uang seribuan segera diberikannya pada sopir angkutan yang sopan itu.

“nuhun neng.” Ucap pak sopir.

“sami-sami pak.” Balas Nera, kemudian membuka pintunya dan keluar berlalu meninggalkan angkot dengan terburu-buru. Dan yang terasa oleh Nera siang itu saat berada di dalam mobil angkot dan saat keluar adalah sama saja – panas, Nera merasa ada sedikit kesalahan dengan pakaiannya, blazer berwarna hitam yang dikenakannya ternyata telah menambah rasa panas dan gerah, tapi bagaimanapun Nera tetap menyukai blazer dengan warna-warna gelap termasuk hitam. Merasa tidak mengikuti meeting Nera berjalan dengan tergesa-gesa, sampai-sampai satpam yang biasa disapanya kali ini ia abaikan, dan satpam yang berjaga pun tampak keheranan melihat Nera yang terburu-buru seperti itu. Dari lantai dua tampak beberapa orang laki-laki dan perempuan yang baru saja selesai mengikuti meeting di ruang utama – dan mereka juga teman kerja Nera, mereka menuruni tangga hendak beristirahat dan tentu saja Nera yang akan menuju ruang kerjanya yang juga ada di lantai dua secara pasti berpapasan dengan rekan kerjanya itu, Nera yang tampak sedikit malu karena tidak ikut meeting menghentikan langkah teman-temannya itu seraya menanyakan perihal materi pembahasan saat meeting, dan beruntung bagi Nera, teman-temannya itu tanpa sungkan menjelaskan intisari dari hasil meeting tadi – dan anak tangga pun penuh oleh mereka.

Saat melewati ruang meeting tampak pimpinan yang masih berkumpul dengan beberapa stafnya, Nera tidak mempedulikannya ia terus berjalan menuju ruang kerjanya yang tepat berada di sebelah ruang pimpinan, Nera yang tanpa memberi salam dan kata-kata apapun langsung memasuki ruangannya dan duduk di kursi kerjanya lalu meraih remote AC dan menyalakannya untuk menghilangkan rasa gerahnya. Sambil menikmati udara sejuk nan dingin yang keluar dari AC, Nera membuka-buka map yang tertumpuk disebelah kanan mejanya, mencermati tugas apa saja yang harus dikerjakannya saat itu. Dan akhirnya Nera baru tersadar betapa banyaknya pekerjaannya yang masih belum selesai karena terlalu sering ia tunda, kemudian ia tutup kembali tumpukan map-map itu, seolah semua pekerjaan yang menunggunya itu seperti hamparan ladang gersang yang harus segera di garap, namun betapa malasnya ketika harus menggarapnya seorang diri. Kemudian Nera lebih memilih untuk menengok telepon genggam yang berada di dalam tasnya, sejak keberangkatannya dari rumah hingga menuju tempat kerjanya belum pernah ia lihat keadaannya.

“lebih baik aku lihat dulu.”

Namun ketika Nera melihat layar telepon genggamnya, dengan mata setengah terbelalak merasa kaget dan tidak diduga ternyata di layar telepon genggamnya tercantum pemberitahuan enam kali panggilan tidak terjawab dan satu buah pesan yang jelas-jelas belum terbaca, dengan perasaan was-was Nera kemudian menelusuri siapa yang meneleponnya hingga enam kali berturut-turut, dan seketika itu pula Nera sedikit terhenyak karena rentetan panggilan tak terjawab itu semuanya dari Titan. Lalu Nera menduga satu pesan yang belum terbaca pun pasti dari Titan dan dengan segera Nera membacanya, dan benar saja sederet tulisan singkat yang dikirimkan oleh Titan itu kembali membuat Nera harus memutar otak untuk menjawabnya, tapi Nera tidak langsung menjawabnya ia biarkan beberapa saat pesan itu.

Sayang apakah kotak cincinnya sudah kamu buka.

Dan apa yang Nera rasakan adalah ternyata alasan selalu datang disaat yang tepat, sehingga mau tidak mau harus segera membalas pesan Titan itu, namun akhirnya Nera mempunyai sebuah pemikiran yang cukup bijak untuk dijadikan alasan, “jika hanya kotak cincin pemberiannya aku buka, dan titan menjadi bahagia, dan hanya itu kebahagiaannya, maka akan aku balas pesannya itu dengan kata-kataku yang bisa membahagiakannya” tutur Nera perlahan.

Sayang maaf pesannya baru aku baca, dikantor banyak banget kerjaan, tapi kotaknya sudah aku buka, bagus banget, makasih ya sayang.

Pesan pun terkirim, Nera berharap Titan bisa benar-benar bahagia dengan balasan pesannya itu, apakah pesannya itu akan dibalas kembali atau tidak oleh Titan, Nera sama sekali tidak peduli. Ia lebih memilih kembali beralih pada tumpukan map-map pekerjaannya sambil berharap samua pekerjaannya itu bisa ia selesaikan hari itu juga, terlebih lagi ia merasa malu karena tadi pagi tidak mengikuti meeting.

>>><<<

Disela-sela mengerjakan tugas-tugas kantornya yang masih cukup banyak itu, tiba-tiba telepon genggam Nera berdering tanda sebuah pesan masuk, ia tatap sejenak layar telepon genggamnya itu kemudian mulai membaca isi pesannya – dan ternyata balasan dari Titan.

Sayang terimkasih banyak, aku senang banget kamu sudah buka kotaknya, mudah-mudahan kamu juga senang, nanti sore boleh aku jemput?

Kali ini Nera tersenyum saat membacanya, Nera merasa dirinya sudah berhasil membuat kekasihnya itu bahagia, dan disaat yang sama pula hati Nera pun mulai terbawa arus kebahagiaan yang Titan rasakan, lebih jauh lagi Nera berpikir bahwa Titan bisa jadi benar-benar tulus mencintainya, dan pada detik itu pun Nera dan hatinya mulai merasa mantap untuk melangkah ke arah berikutnya untuk membuka lembaran-lembaran baru bersama Titan, dengan penuh rasa bahagia pula Nera segera membalas pesan itu.

Iya sayang sama-sama, aku juga bahagia banget, boleh, aku tunggu.

Karena keduanya mungkin sama-sama sudah menemukan titik kebahagiaanya, sehingga tidak perlu ada lagi penjelasan lainnya, atau mungkin juga Nera dan Titan sudah meleburkan segala kegundahan dan kegelisahannya, terutama bagi Nera hal itu seakan seperti menyelesaikan sebuah pekerjaan yang sangat besar bahkan lebih besar dari pada pekerjaan di kantornya. Akibat dari rasa bahagia yang Nera rasakan saat ini, baginya merupakan sebuah energi yang menjadikannya seakan dapat berbuat apapun dengan mudah tidak terkecuali untuk menyelesaikan segala pekerjaannya yang semula dirasa tak kunjung selesai, segalanya terasa begitu lancar tanpa ada hambatan dan tanpa kebosanan sedikit pun. Kemudian disertai dengan rasa bahagia pula, pekerjaan yang menumpuk itu ia selesaikan satu persatu, para staf yang sering berlalu lalang pun tak dihiraukannya, Nera benar-benar menikmati harinya dan seakan menjadi pemandangan yang sangat jarang terjadi, ia kerjakan pekerjaannya dengan tersenyum.

Dalam keasyikannya itu seperti tak sadarkan diri sampai-sampai atasan Nera yang cukup lama memperhatikannya dan semula akan meminta pekerjaan yang sudah selesai tertegun menatap heran pada Nera, karena merasa baru pertama kali Nera bekerja begitu semangat – dan merasa belum berani untuk menegur. Namun karena sang manajer membutuhkan hasil pekerjaan Nera, maka dengan terpaksa ia pun bertanya walaupun ia tahu hal itu akan membuat Nera sedikit merasa malu.

“ehm, nera kamu baik-baik saja kan?” tanya manajer dari balik pintu.

“eh..mmm i…iya pak saya baik-baik saja, ada apa ya pak?”

“enggak ada apa-apa saya cuma mau minta laporan kerjaan kamu, sudah selesai semua belum?”

“aduh maaf pak belum, tapi sedikit lagi selesai kok, hehe.”

“oh ya sudah, kalau sudah selesai semua tolong kamu antarkan ke ruangan saya ya?”

“iya baik pak.” Jawab Nera masih menyimpan rasa malu.

>>><<<

Jam dinding di ruang kerja Nera sudah menunjukkan tepat di penghujung jam kerjanya, itu artinya Nera harus segera pulang, tapi ia ingat pesan Titan yang akan menjemputnya dan mengantarkannya pulang. Sambil menunggu Titan menjemputnya, Nera memilih untuk membereskan ruang kerjanya dari benda-benda yang dirasa masih berantakan dan sangat tidak nyaman dipandang oleh matanya. Meja yang masih berantakan oleh kertas bekas coretan-coretan Nera, lalu mematikan AC yang hampir saja ia lupa untuk mematikannya, dan tepat ketika Nera membetulkan letak figura foto dirinya bersama Titan yang tersimpan dimeja kerjanya, bersamaan itu pula sebuah kembali masuk menuju telepon genggamnya, Nera dengan tenang kemudian membacanya – pesan dari Titan.

Sayang aku sudah didepan kantor. Tanpa membalasnya Nera langsung bergegas pergi dengan sebelumnya menatap agak lama pada figura foto yang sudah ia betulkan letaknya, dan ia tinggalkan ruang kerjanya yang juga meninggalkan sederetan tugas yang telah ia selesaikan namun belum sempat ia serahkan pada atasannya.

“pak ruangan saya belum dikunci.” Ujar Nera pada salah seorang petugas keamanan yang sedang perdiri di depan pintu keluar.

“oh iya bu, baik nanti saya kunci.”

“terima kasih ya pak.”

Beberapa meter dari depan pintu masuk kantornya sudah terlihat jelas mobil Titan – dan Titan sedang memandanginya, Nera sambil melambaikan tangannya terus berjalan menuju dimana Titan berada. Saat semakin mendekat, Titan pun keluar dari mobilnya untuk membukakan pintu bagi Nera, keduanya terlibat tegur sapa dan saling berbalas senyum, seolah sudah mengetahui rencana masing-masing di masa depan. Mobil Titan kembali dinyalakan dan kali ini disampingnya sudah terduduk orang yang paling disayanginya, senyum, canda dan tawa mulai menghiasi ruang mobil Titan, dan di sore itu dengan membawa perasaan bahagia pula mereka berdua perlahan meninggalkan kantor Nera yang hanya tinggal beberapa karyawan dan petugas keamanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar