23 Mei 2011

HUTANG MIGREN

Pagi setelah sarapan dan mandi kemudian adalah bingung dan melamun, menatap dompet dan merogoh saku celana, antara pergi dengan sepeda dan atau angkutan kota, bingung tujuan yang pertama akan kemana. Ternyata angin berbisik mengajak untuk sejenak singgah di sebuah tempat barang bekas sebekas bekasnya, kemudian hati ingin bertanya, ternyata mata malah terkesima oleh barang-barang yang ada, ah puasa belanja! Mending lari saja, tidak lari yang sebenarnya tapi hanya berjalan, ya sudah jalan kaki saja menuju jalan yang arahnya sudah ditentukan, maka bertemulah dengan angkutan kota dan sungguh senang bisa duduk di samping pak supir yang sedang menyetir, karena ini mobil jadi tidak ada suara tuk tik tak tik tuk, dan tibalah disebuah tempat yang katanya penghuninya lebih suka makan mie rebus atau sebut saja kosan, ternyata ada teman lama, lama tak berjumpa hanya berkata “hey” saja dan langsung melanjutkan kegiatan saling membalas obrolan digital dengan temannya. Ah daripada bicara tidak nyambung lebih baik tidur – tidur di kasur.

Kurang lebih hanya setangah jam tertidur dan terlelap, teman lama mencolek-colek kaki, maksudnya membangunkan, karena katanya mau pulang ke tempat kelahirannya, sungguh tidak jelas, mengajak berbisnis tapi dia sangat pesimis. Dan pulanglah dia si teman lama “goodbye, dadah, selamat jalan, hati-hati di jalan, sandalnya di pakai yaa, jangan lupa bayar ongkos, dan salam buat keluarga……….supir!” sebenarnya ada yang masih ingin dibicarakan tapi ya sudahlah teman saya sudah pergi membawa mimpinya sendiri. Tapi diam-diam saya merasa di sebelah kiri kepala merasa sedikit ada tekanan atau cubitan atau mungkin juga gesekan, apa mungkin ini yang di sebut dengan migren? Ya apa pun itu yang pasti sakit kepala, walaupun sakit kepala saya tetap gita dan bersemangat menagih…..hutang!

Sudah tiba di depan ruko yaitu rumah dan toko, bayar ongkos tapi tanpa senyum dari supir, sungguh sangat terkejut rolling door took seorang kawan sudah dipasangi tulisan “di ambil alih” pusing migren bertambah jadi dua, menagih hutang gagal. Bingung mau kemana tanpa tujuan, ya meluncur saja ke took buku, tapi tidak ingin ada yang di baca, karena hanya sebagai menunggu took itu buka, siapa tahu lewat sana lagi sudah buka. Di took buku tidak ada tempat sampah, jadi dengan terpaksa permen karet di telan saja, sehabis kenyang menelan ternyata sudah sore, mungkin waktunya sudah tepat untuk kembali ke ruko, maka saya tinggalkanlah toko buku itu tanpa membeli satu pun buku – mahal!!

Lihat angkot yang berjejer jadilah malas dibuatnya, karena pasti majunya masih lama, jadi lebih baik jalan saja, mengambil jalan menuju kawasan rumah-rumah besar yang sudah berubah menjadi kawasan wisata belanja baik lokal maupun domestic, tidak peduli karena saya tidak akan berbelanja, hanya ingin jalan saja melewatinya beberapa kilo meter saja. Tepat diseberang taman yang gaul, mencoba sedikit berpikir sana sini, apakah ruko sudah buka atau belum? Dan akhirnya naik angkutan kota ke arah yang sama jurusan yang berbeda, ternyata oh ternyata ruko teman masih tertutup seribu bahasa, sedikit rugi karena sudah turun dari angkot, tanpa menendang kaleng menyetop lagi sebuah angkot menuju jurusan rumah, dengan migren yang masih terasa, karena hutang belum lunas dan bisnis pun kandas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar