03 Mei 2011

MEREKA

Sekian wajah yang ada dihadapanmu berwujud marah, membenci, mencela, menghina, meremehkan, menjerumuskan, menikam, meluap, meledak memuntahkan kebusukan suara serta kata, hendaknya segera pindahkan mereka kearah belakang, jangan biarkan mereka terus menerus menghantam kita layaknya terjangan badai di teriknya matahari. Segera palingkan wajah kita darinya dan tinggalkan lebih jauh lagi, karena mungkin saja akan lebih terasa tentang adakah yang telah menghilang dan satu saja yang tersisa.

Ketika telah berdiri dan berjalan sendiri, maka kini janganlah ragu untuk menjabat tanganku dengan erat dan kita akan bersama-sama bersuara, menempuh jalan jalan yang takkan pernah membuat kita lupa diri, dan menjadi penakut. Adakalanya apa yang kita inginkan tak selamanya mereka pun menginginkannya, dan seperti halnya dunia ini keindahannya seringkali mereka rengkuh semuanya, tanpa menyisakan setitik bahkan segenggam kepalan tangan bayi yang baru lahir. Adalah bagi semua itu bukanlah jalan yang benar-benar terang, memenuhi dahaga dengan menenggak seluruh manisnya air lautan fatamorgana hanyalah akan menambah buram lukisan wajah kita yang sudah tercampur dengan beragam warna, namun semuanya tidaklah permanen, semuanya masih bisa dirubah, cepat atau lambat. Mereka pun sama jika hendak meninggalkan rasa serakahnya semoga semuanya akan dapat pula merubah warna serta hatinya.

Dan janganlah selalu menggerutu, selalulah tertawa dan hari akan lebih terasa indahnya, tak terdengar lagi teriakan yang macam-macam, terasa tenang layaknya bunga-bunga yang sedang mekar, sejuk layaknya angin yang sedang menghempas debu yang diam-diam ingin berkarat. Semuanya menjadi akrab, tergambar dari tangan-tangan yang saling bercengkrama di sebuah taman yang dipenuhi pepohonan besar dan rimbun – hijau, gelora yang ada menyiratkan lepas tanpa kegelisahan karena mungkin telah meninggalkan mereka dibelakangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar